Minggu, 03 Maret 2013

Ku Harus Pergi



Terima kasih, untuk semua kata manismu| Padahal belum saatnya terucap.
Terima kasih, untuk kesedianmu menemani hari| Padahal belum saatnya ditemani.
Terima kasih, untuk kesabaranmu| Padahal belum saatnya dilakukan.
Terima kasih, untuk cinta| Padahal belum saatnya ditanam.

Kata terima kasih itukah yang harus kuucapkan kepada calon imam yang akan memimpin keluargaku kelak? TIDAK.

Kita memang belum bisa menjaga kesucian cinta kita di hadapan Sang Pemberi Cinta. Ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya “Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340)

Masa mudanya untuk apa dihabiskan? Ya pertanyaan itulah yang selalu membuatku takut. Akan ku jawab apa nanti?
Sungguh, aku tak ingin kelu dihadapan Rabb-ku ketika pertanyaan itu terlontarkan.

Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional sebentar lagi, aku harus banyak belajar. Ujian-ujian itu hanya sebagian dari ujian yang diberikan dunia pendidikan. Sadarkah kau, bahwa sekarang cinta yang menurut kita indah ini sedang diuji pula. Namun, ku yakin bahwa ujian cinta ini bukan untuk mempererat rasa itu. Tapi merupakan teguran dari Allah, agar kita tidak memikirkannya untuk saat ini. Karena belum waktunya.

Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk memikirkan satu sama lain? Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk jalan bersama? Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk saling mengirim pesan?
Kita lihat dampak dari hubungan kita; terror, fitnah, ada yang mengadu domba, dan sebagainya. Walaupun kita tak mengikat hubungan dengan kata PACARAN. Tapi perbuatan yang kita lakukan tidak jauh beda dengan mereka yang pacaran bukan? Astaghfirullah L

Aku tak menyalahkan kau seorang. Dan tidak pula menyalahkan diriku sendiri. Ini salah kita.
Tak ingin (lagi) ku perbuat dosa yang indah itu. Aku harus pergi. Sekarang, bukan nanti.

Ku ingin pantaskan diriku untuk seorang imam yang akan memimpin keluargaku kelak dengan sebaik-baiknya imam.

Sesungguhnya, Allah telah menuliskan nama pendamping hidup kita di Lauhul Mahfudz. Bila kita berjodoh, pasti kita akan bertemu lagi.
Namun bila tidak, mari kita pantaskan diri kita untuk dia -calon pendamping hidup-.

Pasti kau inginkan wanita sholehah bukan? Maka pantaskan dirimu untuknya.
Aku pun inginkan lelaki sholeh. Dan akan ku coba memantaskan diriku untuknya dengan cara mengaplikasikan semua ilmu yang telah ku ketahui.

Aku tak ingin ada permusuhan diantara kita.
Aku tak ingin hanya aku yang menerima semua kata nuraniku ini dengan lapang, tapi ku harapkan kau juga.

I’m sorry for my mistakes..
Good bye..
See you..
Wassalam..

semoga ini yang terbaik :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar