Selasa, 20 Desember 2011

PORSENI SMANCIS 2011

Pagi-pagi sekali sekitar pukul 06.00 WIB semua panitia PORSENI harus sudah on di sekolah. Tapi aku sering telat, hehe
Soalnya aku punya adek bayi. Jadi harus jagain dulu deh kalo pagi-pagi. Namanya Muhamad Nadliffansyah Putra :) keren kan namanya? hihi

Oke lanjut ke acara PORSENI. Sebenernya acara ini adalah gabungan dari PORAK (Pekan Olah Raga Antar Kelas) dengan APKRES (Apkresiasi Seni), maka lahirlah kata PORSENI (Pekan Olah Raga dan Apkresiasi Seni). Acara ini dilaksanakan pada hari Sabtu-Jumat (tanggal 17-23 Desember 2011).

Waktu pembukaan acara, aku jadi MC sama Teh Ucu.
Tapi lagi-lagi aku speechless >,<'
Emang sih tanpa latihan, cuma baca-baca catatan kecil selama beberapa menit. Tapi rasanya gak puas :( hu

Aku jadi Sekretaris diacara PORSENI tahun ini. Tapi karena sekretaris kerjanya di awal dan akhir acara, maka sekarang aku menjadi Sie. Operator. Yang kerjaannya ngasih pengumuman ke seseantero sekolah. Uwoooo... >,<"
Tapi sambil ngerjain tugas utama sekretaris tentunya.
Harus profesional getolo :D

Untungnya WIFI SMANCIS nyampe ke ruang operator. Jadi bisa nge-download rancangan buat sertifikat deh.
Trus bisa baca buku biologi online and liat jadwal RCTI tgl 21 Desember 2011. Soalnya besok aku mau ke gedung RCTI-Jakarta. Renacananya mau ke "Dahsyat" dan melihat liputan "Seputar Indonesia" secara live in studio. heheh

Tapi aku masih bimbang buat ikut, soalnya aku jadi panitia PORSENI. Tapi kunjungan ke RCTI esok hari juga atas dasar ekstrakurikuler jurnalistik, sedangakan aku sendiri anak Jurnalis. Bingung =_="
Tapi kemaren aku udah coba konsultasi sama ketua MPK :) thanks to before sist.
Dan dia akan berusaha untuk meyakinkan ketua OSIS juga kesiswaan supaya aku bisa ikut. Soalnya aku adalah satu dari dua anggota jurnalis yang bener-bener aktif (cie-ileh). Jadi dia bilang daripada kehilangan kesempatan besok, mending ikut aja. Asalkan pas pulang dari Jakarta bisa langsung beresin sertifikat :)dan tentunya harus profesional again and again.
Baik banget kan? Iya dong, temen aku getolo. Namanya Putri Tiara Sutaji.

Oiya, ngomong-ngomong tentang cita-cita aku pengen banget jadi reporter.
Because reporter is the coolest job, and I will around the Globe (free) ^_^
Maka dari itu, aku seneng banget kalo ikut pelatihan jurnalistik. Baru 2x sih. hehe
Tapi sangat berkesan. Pertama aku ikut pelatihan jurnalis se-kota dan kabupaten Sukabumi di Ciaul sehingga lahirlah KJP (Klub Jurnalis Pelajar). Kedua pelatihan jurnalis di Al-Masturiyah.

Okeyyy back to operator's room. Di sini aku kerjaannya cuma natapin layar monitor sambil menggoyang-goyangkan jari-jariku di atas keyboard. Awalnya sih bete.
Yaialah, orang kerjaannya cuma di ruangan, sendirian lagi. Tapi sekarang aku ditemenin sama Teh Syifa ^_^
jadi gak kesepian lagi deh ^.^
Padahal panitia lainnya pada sibuk. Ada yang mondar mandir manggil peserta (walaupun sudah ada operator, tapi sie.humas juga sangat dibutuhkan), terus ada yang sibuk nyatet scorr, de el el..

***Pokoknya jadi sekretaris di PORSENI tahun ini sangat mantap***

Jumat, 21 Oktober 2011

Kisah Cinta Mrs. Natrium dengan Mr. Chlor

karya Climacus Desilentio

AWAL JANUARI 2009
“Apakah itu cinta…apakah itu cinta…yang mampu melengkapi lubang di dalam hati….” Suara lagunya letto yang minggu ini kujadikan nada dering ponselku terus berbunyi, aku menggeliat malas dan mencoba membuka mataku yang terasa sangat berat. Tapi tiba-tiba kantukku mendadak hilang saat kulihat nama khlor kekasihku terpampang di layar ponsel
“Pagi honey…!” terdengar suaranya renyah di seberang sana
“Ada apa sih , pagi-pagi dah ganggu orang tidur ?” jawabku sedikit merajuk
“Lho…kau lupa ya nat,kita kan pagi-pagi mau jalan-jalan”
“Jalan-jalan kemana?”
“Ya biasa…pagi ini kita kedapur ibu-ibu untuk melejatkan masakan mereka, siangnya kita ke demo masak rudy choerudin”
“Kemakanan mulu, aku bosan nih, gak ikut ah”
“Lho kok gitu,terus gimana kalau anak -anak manusia itu gondokan semua? kan kita juga yang repot. Lagian kita kan pasangan yang paling serasi sekampung SPU nat, masa kita jalannya masing-masing, gak seru ah”
“Baiklah…baiklah Mr chlor”
Kututup telponku, kupandangi kamar minyak tanahku, “ahh…” aku berteriak . Sudah sejak lama aku jadian sama khlor,dia unsure yang paling ganteng yang pernah kulihat di kampung kami sistem periodik unsur di gang 3 blok V11 A dengan nomer rumahnya 17, bahkan kami mendapat peredikat pasangan paling serasi tahun ini.
Awalnya kami ketemu di lautan luas. Waktu itu dia senang sekali mentap senja. Dan jadilah kami pasangan yang serasi. Kami sering jalan berdua ke dapur-dapur penduduk atau ke pabrik-pabrik industri. Kami juga kadang mengenang perjumpaan kami di lautan lepas, ahh…indahnya. Tapi ada satu yang membuat hati ini kadang terbakar cemburu , ada kabar burung kalau dia selingkuh dengan molekul air. Bahkan menurut kabar terakhir yang aku dengar mereka telah menikah dan mempunyai anak yang bernama HCl, aku ingin melabrak air kalau perlu membunuhnya tapi aku tidak punya bukti makanya kalau aku dekat dengan dia aku langsung marah apalagi si oksigen yang masih sodara si molekul air suka mengompori aku,membuat kemarahanku langsung naik beberapa derajat.

AKHIR JANUARI 2009
Mataku sudah sembab tapi airmataku masih terus saja mengalir, hatiku sakit…sakit luar biasa, khlor kekasihku ternyata benar-benar menghianati cintaku, dia ternyata sudah menikah dengan molekul air dan mempunyai anak HCl dan ternyata selama ini juga dia punya affair dengan saudara-saudaraku seperti kalsium (CaCl2 ) , kalium (KCl) , barium (BaCl2) mereka itu berbohong di belakangku
Dasar mata keranjang!!!!
Aku ingat waktu itu, dia kekasihku khlor (apa masih pantas aku memanggilnya kekasih?) mengakui semua perbuatanya setelah tahu aku pernah memergokinya waktu dia di sebuah laboratorium jalan bersama. Dengan bantuan kelalaian manusia aku hampiri molekul air, aku marah padanya karena dia telah merebut khlor dariku. Aku berkelahi dengannya dan hasil perkelahian itu terjadilah kebakaran di tambah adanya oksigen yang terus memanasiku maka kemarahnku makin menjadi dan habislah laboratorium itu terbakar oleh kemarahanku
Aku pergi pada khlor dengan penuh kemarahan mempertanyakan alasannya kenapa dia selingkuh di belakangku
“Apa aku kurang sempurna di matamu khlor, sampai-sampai kau tega melakukan ini semua, awalnya aku kira ini hanyalah gosip para manusia lab itu tapi ternyata kau…kau memang benar-benar menghianatiku” semprotku sambil menangis.
“Semua ini kulakukan karena aku sayang kamu nat,” jawabnya.
“Apa kamu bilang? sayang aku? kamu selingkuh dan menikah dengannya karena sayang aku?”
“Iya nat, kau itu begitu sempurna di mataku, kau mempunyai sifat-sifat yang khas makanya aku tidak menikahimu karena aku takut nanti kau mengandung sehingga merusak kecantikanmu.Aku menikahi molekul air dan mempunyai anak Hcl itu tidak lain dengan satu tujuan .Kau tahu…kata para manusia lab itu kecantikanmu mempunyai warna khas beda dari unsur-unsur yang lain akan bisa terlihat oleh semua orang, asalkan ada senyawa lain yang bisa membantumu dan senyawa yang bias membantumu itu tidak lain adalah HCl anakku, si Hcl kecil akan membantumu melakukan uji nyala maka warna cantikmu itu dapat terlihat , apa kau tidak senang ? terlihat cantik dan di puja banyak orang” katanya panjang lebar smbil tersenyum
Untuk beberapa saat aku terdiam betapa baiknya dia, betapa dalam cintanya tapi jauh di lubuk hatiku aku masih merasa sakit padanya dan diam-diam aku bersumpah aku tidak akan memaafkan molekul air dan oksigen seumur hidupku,itu sumpahku..!



PERTENGAHAN PEBRUARI 2009
Sejak tahu kekasihku khlor selingkuh di belakangku, akupun mulai main mata dengan nitrat (NaNO 3), dengan karbonat (NaCO3) , dengan adiknya khlor , bromine (NaBr) dan banyak yang lainnya. Kadang akupun suka jalan sendirian tanpa di temani kekasih-kekasihku , aku bersama adikku kalium kadang membantu manusia . Ion-ion ku ikut memelihara keseimbangan osmosis dan pH darah dalam tubuh manusia.

AKHIR PEBRUARI 2009
Di akhir pebruari ini aku melakukan uji nyala.Awalnya aku tidak mau tapi karena desakan Chlor kekasihku yang katanya sayang ma aku, aku pun akhirnya mau melakukannya. Kalau manusia mungkin uji nyala itu analoginya semacam oprasi plastik kali.Waktu di uji nyala dengan bantuan HCl anak dari kekasihku khlor ternyata aku menghasilkan warna kuning. Aku jadi bertanya-tanya kenapa aku bisa berwarna dan kenapa warnaku yang nampak hanya kuning padahal warna itu kan banyak .Eh setelah kutanyakan pada manusia lab ternyata ketika di panaskan elektron dalam diri aku mengalami eksitasi.Saat elektron kembali kekedudukan semula akan melepaskan energi berupa energi cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Jika panjang gelombang berada dalam daerah sinar tampak maka terlihat nyala yang berwarna tertentu.Dan kebetulan yang terjadi padaku panjang gelombang yang berada dalam daerah nampaknya warna kuning.itulah sebabnya aku berwarna kuning padahal warnaku banyak sekali.

Selasa, 11 Oktober 2011

Gerbang Logika

Selasa, 11 Oktober 2011 (H-2 ke ultahku yang ke 16)
Ulangan elektro di kelas XI IPA 3, atau kita panggil dengan sebutan REIGA (Republik Ipa TIga). Keren gak? hehehe

Okeeyy kita langsung belajar aja.
*ehhhh ternyata, REIGA gak jadi ulangan. haha ayeyy
sorak sorai terdengan di kelasku tercinta ini (cie-ileh)
Tapi, ini ulangan yang ke empat kalinya dibatalkan. So, nilai pun tertunda (kata Memet). heu
Pertama, ulangan PAI minggu kemaren gak jadi (alhamdulillah ya, Syahrini mode on)
Kedua, ulangan Biologi gak jadi. Ketiga, ulangan Kimia gak jadi. And now,,, ELEKTRO gak jadi pula! :D

Tapi, dari pada rumus-rumusnya pada ilang lagi, mending aku bagi ke temen-temen. Baikkan aku? hhe
Tapi ini rangkuman buatan aku (ASLI). Jadi, ngerti gak ngerti, harus ngerti ya! *maksa
1. Gerbang AND

Kamis, 28 April 2011

Rasa Syukur di Balik Sebuah Kegagalan

hei hei mau ngeblog lagi nih..

tapi sebenarnya posting ini tugas bahasa Indonesia (SMANCIS, XE) yang disuruh bikin cerpen karya sendiri ya udah aku tambahan aja cerpen "Hari ini Boleh Menyesal Namun Hari Esok Akan Bersyukur (Insyaallah)". hhe

kita langsung aja:

Rasa Syukur di Balik Sebuah Kegagalan

Karya Echi Qirey Smith

Pagi pun tiba. Kicauan burung mulai terdengar samar-samar membangunkan alam sambil mengikuti suara adzan nan syahdu. Matahari mulai menebarkan pesonanya dengan malu-malu. Aku pun bangun. Sekilas kulirik jam dindingku. Jarum panjang jam sudah menunjukkan angka lima. Sehingga memaksaku menjalankan aktifitas seperti biasanya.

Percikan air wudhu kubiarkan membasahi muka. Sungguh segar. Sehingga membuat hati orang yang melakukannya terasa damai.

dcJJJdc

“Sist, jangan lupa ya nanti siang ba’da dzuhur kita ke sekolah buat beresin mading. Ok?” isi pesan dari temanku, Kak Dewi.

Aku pun langsung menekan tombol reply dan menulis sebuah kata singkat, “Ok!” lalu kutekan tombol send.

Setelah itu, aku rebahkan tubuhku di atas tempat tidur berseprai hijau muda. Alhamdulillah, walaupun ini hari libur –karena kelas 3 sedang malaksanakan Ujian Nasional (UN)- namun aku masih mempunyai agenda yang cukup padat untuk mengisi hari liburku ini.

Sekarang aku duduk di kelas 1 SMA Negeri, yang dulu tak ada rasa terrtarik sedikit pun untuk sekolah di sini. Aku mengikuti kepengurusan OSIS dan menjabat sebagai anggota sekbid 6, yang bertugas mengurus mading. Di sana aku bekerja sama dengan Rosma dan Kak Dewi -kakak kelasku semasa SMP-. Memang seharusnya sekarang aku sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti UN. Namun, saat di sekolah menengah pertama aku mengikuti suatu program percepatan. Sehingga hanya dua tahun untuk melakukan studi di SMP. Terasa begitu cepat dibanding dengan teman-teman angkatanku lainnya, namun itulah takdir.

Untuk mencari inspirasi tentang apa yang akan aku tempel di mading nanti siang, aku pun menekan tombon on pada CPU komputerku. Dan tanganku langsung menggenggam mouse. Entah kenapa sampailah pandanganku pada sebuah folder yang berisi kumpulan cerpen karyaku. Dan ada sebuah cerpen yang selalu menarik perhatinaku untuk dibaca. Cerpen itu aku beri judul ‘Hari ini Boleh Menyesal Namun Hari Esok akan Bersyukur (Insyaalah)’. Judulnya memang cukup aneh dan terlalu panjang, namun cerpen itu menceritakan tentang sebuah pengalamanku sendiri yang tidak akan pernah aku lupakan.

Denga sigapnya saat dokumen itu terpampang di layar monitor, aku langsung membacanya.

Kata ‘Diterima’ dan ‘Tidak diterima’ menemaniku selama di perjalanan menuju salah satu SMAN favorit tujuanku. Namun kenapa kata ‘tidak diterima’ lebih setia menemaniku? Apakah ini tandanya aku optimis? Optimis untuk ‘tidak diterima’? Dan pesimis untuk ‘diterima’? Entahlah.

Perjalanan selama (kira-kira) satu jam dari daerahku menuju daerah yang kutuju, karena macet terasa begitu lama. Terlebih aku pergi ke daerah yang kutuju itu bersama seorang temanku. Dan selama di perjalanan yang menegangkan itu, aku bersama temanku tidak banyak bicara. Kami lebih memilih diam, dan terfokus pada pikiran kami masing-masing.

Satu jam sudah. Kami pun sampai di tempat yang dituju. Salah satu SMA Negeri favorit di kabupatenku. Hatiku pun megikuti ragaku yang terus berjalan ke lapangan SMA itu. Dimana kertas pengumuman penerimaan siswa baru dipampang. Teman-temanku yang lainnya ternyata telah sampai leih dulu. Di sana terpampang beberapa lembar kertas yang ditempel di dua papan. Pertama kuamati sebentar papan yang di atasnya bertuliskan ‘Tidak Diterima’. Namun namaku tak ada. Lalu kuamati papan kedua yang di atasnya bertuliskan ‘Diterima’. Ternyata namaku juga tidak ada. Untuk yang kedua kalinya kembali kuamati secara teliti papan yang di atasnya bertuliskan ‘Tidak Diterima’. Resti Octaviani.

‘Ya Allah...’ tiba-tiba persendianku terasa lemas sekali. Ternyata namaku terpampang di sebuah kertas pertama yang di atasnya bertuliskan ‘Tidak diterima’. Selisih nilai dari yang diterima dengan aku hanya sedikit. Mataku terasa tertusuk besi api. Perih, sakit... ‘Namun aku harus tegar, aku tak boleh nangis.’ Kugigit bibir bawahku untuk menahan itu. Senyum bahagia yang mengembang di bibir teman-temanku yang telah dinyatakan ‘diterima’ pun membuat hatiku terasa teriris-iris. ‘Ya Allah, kenapa teman-temanku yang seorang siswa kelas reguler pada masuk? Sedangkan aku tidak. Engkau tidak adil! Kenapa Engkau memberikan penerangan yang padam saat aku akan belajar untuk mengikuti tes kemarin ya Allah?’ jerit batinku yang terus menyalahkan Tuhan karena ketidak adilan-Nya. Namun, batinku dari sisi yang berbeda berkata lain, ‘ itu salah aku sendiri, kenapa tidak belajar dari jauh-jauh hari untuk mengikuti tes itu, atau saat siang hari’.

Kakiku pun ingin segera pergi meninggalkan tempat itu. Sampai akhirnya, saat di gerbang sekolah kami bertemu dengan seorang guru. Guru itu bertanya kepada kami “bagaimana kalian diterima?” Semua temanku menjawab, “Alhamdulillah Pak diterima”. Hanya aku yang tidak. Memang teman-teman dari sekolah menengah pertama yang sama denganku juga ada yang tidak diterima. Namun, pada saat itu kebetulan aku sedang bersama teman-teman yang dinyatakan telah diterima. Lalu guru itu menawariku sebuah sekolah lain. “Bagaimana kalau kamu ikut tes di SMAN favorit lain?” tanya guru itu padaku. “Tapikan Pak, bukannya pendaftarannya sudah ditutup?” tanya balikku.

“Siapa bilang?”

“Hmmm...boleh.”

“Ya udah, kalau kamu mau, itu semua bisa diatur.”

Guru itu pun menelepon Bunda -panggilan untuk wali kelasku- yang sedang ada di sekolah. Dan guru itu juga menyuruhku untuk membicarakan hal ini dengan Bundaku di sekolah.

Sesampainya di sekolah, tak kuasa kulangkahkan kaki menuju ruang guru dengan jiwa dan raga yang sangat lemas. Tangisku pun tidak dapat ku bendung lagi pada saat aku menghampiri Bunda. Dan kami langsung membicarakan sekolah menengah atas yang akan segera kutempati. Ternyata guru yang menawariku untuk masuk ke SMAN favorit lain itu menawarkan sebuah jalur khusus. Jalur yang ‘tidak akan’ diridhoi oleh Allah SWT. Bundaku pun menyarankan aku untuk menolak tawaran itu. Dan beliau menceritakan pengalamannya dalam bidang pendidikan dulu. Beliau juga menceritan pengalaman adiknya yang sama denganku. Dia begitu cerdas -kesimpulanku sesuai dengan kejadian-kejadiannya yang Bunda ceritakan-. Namun dia dapat bangkit kembali dengan perasaan dendamnya terhadap sekolah yang gagal menerimanya itu. Sebuah dendam positif yang berhasil ia ubah menjadi prestasi.

Selain menceritakan pengalaman-pengalaman yang dapat (tidak sedikit) menyembuhkan luka yang mengiris hatiku itu, beliau juga memberikan nasihat nasihatnya. “Hari ini boleh menyesal namun hari esok akan bersyukur, Insyaallah”, kata yang akan selalu kuingat dalam benakku. Beliau menyarankan aku untuk tidak masuk ke SMAN favorit lain yang dapat menerimaku melaluli jalur khusus itu. Jalur yang ‘tidak akan’ diridhoi oleh Allah. Tapi beliau menyarankan untuk masuk ke SMA Negeri melelui jalur tes, yang Insyaallah akan diridhoi oleh Allah SWT. Dan beliau juga menyarankan aku untuk masuk SMAN yang tidak termasuk SMAN favorit di daerahku. Karena di sana lebih besar peluang aku untuk diterima dan mendapatkan beasiswa atas prestasiku (amin).

Pada awalnya aku tidak mau daftar ke SMAN yang tidak favorit itu karena ‘gengsi’. Namun Bundaku kembali memberikan nasihatnya, “jangan gengsi untuk sekolah di sekolah yang tidak favorit. Justru di sekolah yang tidak favorit itu insyaallah kamu akan menjadi murid favorit. Karena tidak akan terlalu banyak saingan seperti di sekolah-sekolah favorit. Tapi itu semua Ibu serahkan kembali ke diri kamu.”

Sesampainya di rumah, Mama pun menasihatiku dengan nasihatnya yang dapat membuatku bangkit kembali –sama seperti Bundaku di sekolah-. “Ingat, perjuangan kamu baru satu langkah untuk mencari sekolah yang kelak akan kamu tempati. Masih banyak sekolah-sekolah lain yang belum kamu coba. Jadi jangan putus semangat dan harapan ya? Terus berjuang!”

Tak lama handphoneku bergetar. Tanda pesan masuk. Dan ternyata tu pesan singkat dari sahabatku, Liana. ‘Friend, jangan sedih. Masih banyak sekolah lain yang menunggu kedatanganmu J’. Setelah membaca itu, aku pun kembali semangat.

Thanks for my mother, my teacher, my friends, and you all.

dcJJJdc

‘Hufhhh.’ Suara dengusanku setelah membaca cerpen itu. ‘Astahfiruah, begitu hinanya aku ketika aku berseru bahwa Allah tidak adil. Ya Allah...ampunilah dosa hamba.’

Saat itu pula tanganku membuka folder foto yang bernama ‘Skenario Ilahi di Balik Suatu Kegagalan’. Disana berderet foto-fotoku yang mendokumentasikan setiap kegiatan yang cukup menarik selama di sekolah menengah atas.

Foto pertama yaitu foto bersama teman-teman baruku. Sheri dan Sintia. Selanjutnya yaitu foto bersama teman-teman pengurus OSIS dan MPK saat mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) yang dilaksanakan di Yon Armed 13 Cikembar, pada bulan Agustus kemarin. Ada juga foto saat aku menjadi panitia pada acara-acara yang dilaksanakan sekolah. Dimulai dari acara kunjungan ke panti asuhan, pekan olah raga kelas, gelar seni, dan apresiasi seni. Tak hanya itu, ada juga foto saat mengikuti kegiatan studi banding ke SMAN 2 Bogor. Lalu foto di Bandung saat menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti diklat kewirausahaan se-Jawa Barat bersama teman-teman baru dari sekolah lain, termasuk teman dari sekolah favorit yang dulu aku pernah ikut seleksinya. Selanjutnya foto di STIE Bogor, pada saat mengikuti olimpiade akuntansi. Dan yang masih baru terdokumentasikan adalah foto saat menjadi duta HIV/AIDS se-kokab Sukabumi beserta 29 temanku lainnya.

Subhanallah ternyata inilah skenario Ilahi yang diberikan kepadaku di balik sebuah kegagalan. Sebuah kegagalan yang tidak akan membuatku merasa bodoh selamanya, karena aku telah mencobanya dan tahu dimana letak kesalahanku. Aku jadi teringat akan kata-kata Bundaku,’hari ini boleh menyesal, namun hari esok akan bersyukur, Insyaallah’. Dan semua itu benar. Semoga Allah tidak menjadikan aku sebagai hambanya yang tinggi hati.

Kini aku semakin yakin bahwa dalam setiap kejadian yang dirasa pahit dan sulit untuk dijalani dalam hidup ini pasti akan ada sebuah keajaiban di balik semua itu. hidup akan terasa indah bila kita menjalaninya dengan DUIT (Do’a, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal). J

dcJJJdc

SELESAI

Profil Pengarang

Cerpen yang berjudul “Rasa Syukur di Balik Sebuah Kegagalan” ini merupakan cerpen ke-5 yang ditulis oleh seorang siswi SMAN 1 Cisaat kelas XE. Nama asli dari nama pena Echi Qirey Smith adalah Resti Octaviani. Dia anak pertama dari dua bersaudara.

Hobby-nya sangat banyak. Diantaranya membaca novel, membaca cerpen, meulis puisi, menulis cerpen, menggambar, menonton TV, online, berimajinasi, dan masih banyak lagi.

Cita-citanya pun sangat banyak. Seperti ingin menjadi seorang penulis terkenal seperti Andrea Hirata dan Asma Nadia, menjadi seorang reporter, pelukis, guru Bahasa Indonesia, guru Akuntansi, dll. Tapi yang paling diinginkannya yaitu membuat kedua orang tuanya bahagia dan bangga. J

Bila ada yang tertarik untuk melihat karya Resti Octaviani lainnya, dapat dilihat di www.echiqirey.blogspot.com

Atau jika ada kritik dan saran dapat dikirim ke:

E-mail: restioctaviani35@yahoo.com

Facebook: Echi Qirey Smith/ restioctaviani01@ymail.com

Twitter: @echiiqirey

Unsur Intrinsik Cerpen

1. Tema : Realita Kehidupan

2. Judul : Rasa Syukur di Balik Suatu Kegagalan

3. Tokoh-tokoh :Resti, Mama (Ibu kandung Resti), Bunda (Wali kelas), Pak Guru, Kak Dewi, Rosma, dan Liana.

4. Penokohan : F Resti : baik, pemalas, suka menunda- nunda waktu, dan emosional (gampang terbawa suasana)

F Mama : baik, penyabar, dan bijaksana.

F Bunda : baik dan bijaksana

F Pak Guru : tidak bijaksana

F Kak Dewi : baik

F Rosma : baik

F Liana : baik

5. Sudut pandang : Orang pertama tunggal

6. Latar tempat : Kamar, SMA Negeri, dan ruang guru

7. Latar waktu : Pagi dan siang

8. Latar Suasana : Menegangkan dan mengharukan

9. Alur : Campuran

10. Amanat : G Jangan menunda-nunda waktu!

AJangan menyerah untuk menjalani hidup, walau ada rintangan seberat apa pun. Karena Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.

BSelalu bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan kepada kita.



SEMOGA BERMANFAAT :)

Aku Bisa

Hmmmpppt….akhirnya UAN selesai juga. Aku pun pulang bareng bersama teman-temanku. Yaitu; Nisa, Uni, Fina, Fini, dan Dewi. Canda tawa keluar dari mulut kami semenjak keluar kelas sampai pintu gerbang sekolah. Namun tiba-tiba terdengar suara Bu Mifah –wali kelasku- memanggilku.

“Luna. Kemari!” Suaranya dari kejauhan.

Sebelum menghampiri Bu Mifah, kupandangi terlebih dulu wajah temanku satu persatu.

“Ada apa ya?” Tanyaku pada teman-teman.

“Gak tau. Samperin aja dulu!” kata Nisa.

Saat kuberjalan menghampiri Bu Mifah, hatiku pun bertanya-tanya ‘ada apa ini?’ Keringat dingin tiba-tiba menyerang diriku. Apalagi Pak Tambun –kepala sekolah SDku- berdiri di sampingnya. Pikiran-pikiran negatif seketika masuk ke otakku. ‘Apa mungkin pengisian LJKku salah?. Atau mungkin mereka akan menyidangiku terkait masalah yang kemarin terjadi?’. Kasus yang telah membuat nama baikku tercemar. Yang telah membuat sikap guru idolaku, yaitu Bu Mifah bersikap tak biasanya padaku. Dan itu terjadi karena aku tidak terlalu suka dengan sikap Bu Mifah yang menganak emaskan Tian. Tapi tidak hanya aku yang tidak suka dengan sikap Bu Mifah itu. Uni, Dewi, Nisa, Fina, Fini, dan Aditya juga tidak suka dengan sikap Bu Mifah. Namun diantara kami, Aditya lah yang paling tidak suka dengan sikap Bu Mifah.

Cowok pendek dan tengil. Ia tidak suka sikap Bu Mifah karena menurutnya tidak adil. Seorang Tian yang jago nyanyi bisa dianak emaskan oleh Bu Mifah. Sedangkan Aditya sendiri yang pernah menjuarai karate sampe tingkat provinsi tidak dianak emaskannya.

Aku takut disidangi karena masalah itu. Setibanya aku di depan Bu Mifah dan Pak Tambun, keringat dingin tidak hanya menyerangku, namun melumpuhkan saraf-sarafku.

“Ada apa ya Bu?” dengan kakunya kalimat itu keluar dari mulutku.

“Ini Pak anaknya,” kata Bu Mifah ke Pak Tambun.

“Oh ini anaknya. Ayo masuk!” ajaknya untuk masuk ke dalam ruang kepala sekolah.

Akhirnya aku pun masuk bersama Pak Tambun dengan diikuti Bu Mifah di belakang kami.

Sederet pertanyaan pun keluar dari mulut Pak Tambun. Dengan kakunya aku menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Pak Tambun satu persatu. Setengah jam pun berlalu. Tiba-tiba Pak Tambun mengajukan sebuah pertanyaan yang tak diduga-duga olehku, “bagaimana jika kamu masuk ke sekolah favorit yang kamu dambakan dan kamu masuk ke kelas Akselerasi?”

“Ya, syukur Alhamdulillah jika saya masuk. Tapi kalau saya masuk ke kelas Akselerasinya mungkin saya tidak akan mengambilnya.” Ucapku dengan kata-kata yang begitu lancarnya keluar dari mulutku.

“Mengapa kamu tidak akan mengambilnya?” tanya Pak Tambun.

“Hmmpt. Saya tidak akan mengambilnya karena bayaran Akselerasi itu lebih mahal dari kelas biasa. Sedangkan ekonomi keluargaku menengah ke bawah.” Jawabku dengan polosnya.

Suasana pun menjadi hening. Kupandangi Pak Tambun yang sedang manggut-manggut tanda mengerti. Namun tak lama , Pak Tambun melebarkan bibirnya sambil melirikku, lalu melirik Bu Mifah. Hatiku pun mulai bertanya-tanya. ‘Kenapa Pak Tambun senyum-senyum seperti itu?’

“Selamat Nak! Kamu masuk kelas Akselerasi. Selamat ya Nak! Dan terima kasih sudah membawa nama baik SD ini ke SMP yang kelak akan kamu diami.” Kata Pak Tambun sambil menahan haru.

Aku pun tersenyum dengan bangganya. Tapi aku berpikir, ”tapi kan Bu, Pak, bagaimana dengan biaya sekolahku nanti?”

“Itu masalah gampang Nak. Kami dan kepala sekolah SMP kamu nanti akan membicarakannya. Jadi, sekarang kamu belajar saja untuk menyongsong masa depan kamu kelak!” kata Bu Mifah sambil meneteskan air mata.

Aku pun tak kuat menahan semuanya. Air mata bahagia mulai membasahi wajahku. Acara cipika cipiki sambil berpelukan pun dimulai. Sungguh bahagianya. Akhirnya aku mendapatkan nama baikku kembali.

Dan setelah selesai acara itu, aku pun menghapiri teman-temanku yang setia menunggu dari tadi. Mereka keheranan melihatku menangis sambil senyum-senyum.

“Na, tadi kamu diapain Na?”

“Gak diapa-apain kok. Cuma...”

“Cuma apa Na”

“Aku masuk kelas Akselerasi di SMP favorit dambaanku,” kataku dengan semangatnya.

“Oyah? Selamat ya Na!”

Acara cipika cipiki sambil berpelukan pun terjadi kembali.

Sesampainya di rumah, aku pun langsung ngasih tahu mamaku kalau aku masuk kelas Akselerasi di SMP favorit yang aku dambakan. Namun tak ada wajah kaget di raut muka mamaku. Hanya ada senyuman simpul yang muncul dari bibirnya.

Aku pun betanya, “Mah, kok mamah gak kaget sih ngedengernya?”

Akhirnya Mamaku pun bercerita panjang lebar. Ternyata beliau sudah tahu sejak kemarin malam. Karena kepala sekolah SMPku terlebih dulu menelepon ke rumah sejak aku sudah terlelap tidur. Dan keesokannya Mama pergi ke sekolah untuk memberi tahu informasi ini ke Bu Mimah, wali kelasku. Namun, mungkin karena Bu Mifah dan Pak Tambun tak sabar memberitahuku, jadinya hari ini mereka memberitahuku. Itulah keterangan yang Mamaku berikan.

“Ughhhht, Mama....kenapa gak ngasih tau aku cih?” rengekku dengan manjanya.

“Kan kejutan.” Ucap Mamaku.

Lagi-lagi acara cipika cipiki sambil berpelukan pun terjadi kembali.

efSELESAIef

*Alhamdulillah,,,ternyata bayarannya (SPP) tidak semahal yang dibicarakan orang. Sebenarnya sama kaya SMA tapi lebih gede dikit ^_^

Guruku

Guru …

Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa

Sungguh besar jasamu

Sungguh mulia jasamu

Hujan tak menjadi halangan

Panas tak menjadi kendala

Suka dan duka silih berganti

Walaupun banyak rintangan

Namun itu semua, tak membakar semangatmu

Karena, hanya satu tujuanmu

Engkau ingin kami menjadi manusia yang berguna

Bagi Nusa, Bangsa, dan Agama

Enam tahun sudah

Kami dididik dan dibimbing olehmu

Ilmu yang berghuna selalu kau berikan

Tak sedikt kesalahan-kesalahan

Yang selama ini kami perbuat

Maafkan kami ibu,

Maafkan kami ibu guru

Maafkan kami bapak,

Maafkan kami bapak guru

Kini tiba saatnya tuk berpisah

Namun apa yang harus kami lakukan

Hanya ucapan terima kasih

Hanya do’a yang dapat kami panjatkan

Puisi ini saya bacakan di depan teman-teman saya, wali murid, dan guru-guru saya. Tepatnya puisi ini saya bacakan pada saat perpisahan SDN 1 Sukamanah, pada tanggal 28 Juni 2008.

LOVE YOU FRIENDS

<>