Rabu, 25 Desember 2013

10.59 pm

pikirku dengan yang baru
namun masih menunggu
siapakah?
relakan guntingan wol
hampir setengah rajutan
akan indah nampaknya, bila dilanjutkan
sehelai rajutan cantik
sekarang apa daya?
maafkan!

Ini Desember

aku kehilangan warna di atas kanvas itu
aku kehilangan kata di atas kertas itu
maukah kau mencarikannya?

kuinginkan sesuatu
kugapai sesuatu
namun tak ada rasa
aku kehilangan cita
maukah kau mencarikannya?

semuanya berlalu
aku berjalan melayang, seperti dihalau angin
kemana arah?
maukah kau mencarikannya?

rencana bersama mereka (yang baru)
agenda sudah bersama mareka
kegiatan tak berasa bersama mereka
dimanakah elegi?
maukah kau mencarikannya?

harapkan kembali pada mereka (yang lama s.d. sekarang?)
namun nol besar
aku lupa, mereka sudah sibuk
dimana keluangan?
maukah kau mencarikannya?

masalahnya cuma satu
hati tak pandai memilih
hati tak pandai merasakan
dan hilang
maukah kau mencarikannya?

ini Desember,
maukah kau mencarikannya?




Rabu, 13 November 2013

Lika-liku Mencari Sinyal Wifi


Perasaan gado-gado itu ketika ada tugas kelompok, bagian nyusun dan ngerapiin makalah. Kelengkapannya ada di email. Harus nyari wifi. Modem dipake di asrama ga connect. Terpaksa harus ke rektorat. Jalan dari lantai tiga, menuju lantai dua, nyampe lantai satu, lewati pos satpam cewek, lewati kantin,  jalan di bawah asrama cowok, lewati pos satpam cowok, jalannnnn (dibaca dengan panjang) menuju jalan, jalannya lagi diperbaiki, becek penuh tantangan, jalannnnnn, sampai di rektorat. Duduk di bawah pohon. Baru deh dapet wifi :3






Kamis, 29 Agustus 2013

Menuju Gerbang Mimpi Part I


Hari itu, Senin, 27 Mei 2013. Sangat menegangkan. Aku yakin semua pelajar se-Indonesia yang mendafarkan diri sebagai peserta SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pun merasakan hal yang sama.
Kabarnya, pengumuman SNMPTN akan diumumkan pada jam 6 sore. Masih siang, aku pantengin info-info di socmed maupun website resmi  SNMPTN. Dan pengumuman pun dimajukan menjadi lebih cepat. Pukul 4 sore.
Begitu lambat jarum jam untuk menunjukkan angka 4. Hari itu, aku mencuci pakaian namun belum dijemur. Maka ku putuskan untuk menjemur pakaian-pakaian tersebut. Sudah pukul 16.05 WIB. Semakin menegangkan.
Sudah asar, namun aku belum sembahyang. Ku ambil air wudhu, bersujud pada Sang Penulis Skenario Kehidupan, berdoa untuk gerbang masa depan.
Sudah tak enak diam rasanya. Mondar-mandir. Padahal sudah pukul 16.15 WIB. Pulsa modem pun sudah diisi. “Ya Allah, berikan yang terbaik menurut-Mu.” Aku meminta mama untuk menemaniku di kamar saat membuka pengumuman. ‘aku tak ingin mengecewakannya’.
Awalnya, mama tak mengizinkanku untuk melanjutkan studi ke Unpad. Ku mengadu pada-Nya. Berkali-kali. Dalam sepetiga malam memohon petunjuk atas apa yang harus ku utamakan untuk dipilih.

Mimpi 1
Pengumuman SNMPTN di lab.biologi (karena kelasku sedang direnovasi). Siswa-siswi yang mengikuti SNMPTN diberikan amplop. Aku bermimpi temanku diterima di UI, ITB, UPI, dsb. Tapi aku tidak mendapatkan amplop dari bunda -Bu Yayah-. Aku heran. “Bu, kenapa Resti ga dapet amplop?”
“Yang sabar ya nak, kamu tidak lolos SNMPTN,” jawab bunda.
“Oh, yaudah bu ga apa-apa kok J”.
Entah mengapa, di mimpi itu aku tidak merasa sakit hati kecewa atau perasaan marah dan sedih lainnya. Aku merasa tenang. Namun, aku takut rasa tenang itu muncul karena saat try out snmptn di Smanpat aku lulus di jurusan dan univ impianku, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Aku tak ingin kejadian tiga tahun lalu, saat aku santai dan merasa yakin akan diterima di sekolah mengeah atas negeri yang kuinginkan. Kejadian dengan air mata kesedihan dan kekecewaan pada diri sendiri.

Mimpi 2
Aku telah dinyatakan diterima di universitas yang nyatanya menjadi univ pilihan ke-2 ku. Namun aku tak senang. Aku berlari di hutan gelap tanpa pasti. Hutan basah. Entah akan kemana kaki ini melangkah. Karena aku berlari, dan terus berlari.

Mimpi 3
Aku tidak memilih Universitas Padjadjaran sebagai univ pilihan pertama. Di depan mataku sendiri, teman-teman yang memilih Unpad sebagai pilihan pertama tersenyum bahagia. Ada yang lulus di psikologi, sosiologi, dsb. Namun aku hanya mematung menyaksikan kebahagiaan mereka. Aku sangat menyesal. Sesal karena tak melih Unpad sebagai pilihan pertama.

Itulah mimpi,  mungkin petunjuk dari Yang Maha Esa. Allah SWT. Awalnya mama tak mengizinkanku memilih Universitas Padjadjaran sebagai pilihan pertama. Karena mama khawatir akan pergaulanku kelak. Selalu ku berusaha untuk meyakinkan mama bahwa aku tak akan terbawa arus negatif. Mama masih tak mengizinkan. Yasudahlah, apa daya bila seorang ibu tak mengizinkan. Karena ridho mama, adalah ridho Allah SWT.
Pendaftaran sudah ku finalisasi. Ku terus mencoba meyakinkan mama. Aku meminta mama untuk ikut memohon petunjuk pada-Nya. Esok harinya, pukul 06.00 WIB, mama ke kamarku. Aku sedang bermain komputer. Online tak pasti. Malas rasanya untuk pergi ke sekolah. Padahal Ujian Nasional sebentar lagi.
Tak disangka, mama datang membawa kabar gembira yang sangat aku tunggu walaupun hanya dalam khayalan. Namun ini nyata. Mama mengizinkanku memilih Universitas Padjadjaran sebagai pilihan pertama. Segera ku hubungi bunda untuk meminta tolong membatalkan finalisasiku.
Di sekolah, setelah finalisasi dibatalkan, ku ubah pilihan universitasnya. Unpad yang tadinya menjadi pilihan kedua, ku naikkan menjadi pilihan pertama. Lega rasanya. Tinggal menyerahkan semuanya pada yang di atas. Walau nampaknya Bunda kurang setuju, lebih tepatnya tak yakin bila aku akan diterima di Unpad.  Beliau mengataka,”la haula aja neng.”
Aku pun ingat, saat di ruang guru aku ditanya oleh seoranh guru mata pelajaran eksak. “Resti mau dilanjutkan kemana nanti?”               
“InsyaAllah ke Unpad pak.”
“Jurusan apa?”
“Ilmu komunikasi”
“Oh, ntar jadi anak clubbing dong. Kenapa ga ke UI aja? Di sana juga kan ilmu komunikasinya bagus.”
“Nggak pak, pengennya ke Unpad.”

Astaghfirullah sekali ya -_- Kan ku buktikan, bahwa aku tak akan menjadi apa yang “beliau” bayangkan bila aku lulus ke Fikom Unpad.
Saat itu juga, aku sangat senang membaca catatan dari pengalaman sang motivator yang eksis di twitter, dia mahasiswi sastra jerman Unpad. Aku tanya padanya, bagaimana bila aku lintas jurusan, awalnya sih pengen dapet motivasi gitu. Eh, malah kalimat ini yang ku dapat “jarang banget yang lulus saat dia lintas jurusan, itu sih resiko kamu ntar.” Deg. Tak patah semangat bagiku untuk mencari informasi terkait lintas jurusan. Aku sangat takut. Tapi aku sangat ingin.
Tak ingin ku biarkan mimpi itu hanya menggantung. Tak ingin sama sekali. Aku ingin menjadi pencetak sejarah. Karena sekitar 4 tahun terakhir, tak ada yang lulus ke Unpad melalui jalur undangan atau SNMPTN ini. Dan sejarah hanya dibuat oleh orang yang berani atau nekad. Sepertinya aku termasuk kepada orang yang nekad.

Aku mencari contact yang dapat ku telpon untuk menanyakan masalah lintas jurusan. Ku telah dapatkan deretan angka yang dapat menghubungkan dengan lawan bicara di sana. Namun, susah telepon sekolah sedang rusak. Ku coba, coba, dan coba lagi. Belum berhasil. Yasudahlah, aku nekad saja lintas jurusan. Bismillah.

Baiklah, kembali pada cerita stay di depan computer sekitar jam setengah lima sore bersama mama dan adikku. Ku buka dengan perasaan tak menentu. Ku baca dan ku eja kata demi kata, huruf demi huruf. 

Terasa seperti mimpi. Ku cium kedua tangan mama, ku salami bapak, nenek, kakek, dan adikku. Air mata bahagia pun terjatuh. Alhamdulillahirabbil’alamin. Man jadda wajada.
               

Minggu, 16 Juni 2013

Episode Mirip Seleb

Lahhh kenapa postingan ini judulnya episode mirip seleb? soalnya banyak yang bilang gue mirip inilah itulah. tapi masih mending sih dibilang miripnya sama seleb-seleb kece #yeyeyelalala

1. Mirip Sivia Blink

kok mirip sivia azizah sih? ini sih yang bilang gatau siapa. pas SD kan lagi musim-musimnya idola cilik ya. terus gue suka banget sama yang namanya Sila (sekarang jadi personil blink juga ya kalo ga salah?) and Sivia. Nah, mamanya deuit (temen  gue pas SD) bilang kalo gue tuh mirip Sila. wkwkwk 
sumpah deh rasanya gue fly banget dengernya. tapi pas gue ngaca in the mirror, kayaknya gue lebih mirip sama Sivia deh, sama-sama tebel alisnya. tapi gatau juga sih wkwk


2. Mirip Momo Geisha

Gue sih sebenernya ga suka sama Momo Geisha. Gatau kenapa -_- Padahal ketua kelas aksel angkatan gue  (read: andika rakasiwi pratama) ngefans banget sama tante momo. hoaaaa
nah, yang bilang gue mirip momo geisha temen-temen aksel angkatan 3 and  Nadya Silmi Hiyari . kaka kelas pas SMP and jadi best friend pas SMA. wkwk
periode gue dibilang mirip momo pas gue kelas 3 SMP ampe SMA kelas 1.


3. Mirip Delima JKT48


Sekarang tuh anak cowok lagi pada tergila-gila sama anak JKT48. ih apa bagusnya sih? =,=
Yang bilang gue mirip delima JKT48 namanya Aprinal Afgani and Aprisal Afagani. si kembar nyebelin yang juga member JKT48 and ga pernah ketinggalan nonton teaternya -_-


4. Mirip Cindy Yuvia JKT48

Yang bilang gue mirip cindy yuvia anak JKT48 ini namanya  kakak otok alias Randita Swara Wimayoga. pas maen di rumah teh kiki dia liat-liat foto di hape gue. dan nemu foto di atas, katanya sih mirip Cindy Yuvia. Oh yaudah sih, lumayanlah imut-imut tuh si Cindy. wkwk


5. Mirip Rossa


Nenek gue bray, nenek gue yang bilang cucunya mirip teh ocha -_- hadeuuhhh mirip apanya coba? gue pernah ketemu teh ocha waktu di dahsyat dannnn emang ga ada mirip-miripnya sama gue. kayaknya gara-gara liat rambut gue pas ikal deh makanya dibilang mirp teh ocha ckckck


6. Mirip Gita Gutawa
WHAT? mirip gita gutawa? | iyeeeeeee | thanks banget, siapa yang bilang?| gue | wkwkwk | -_-


Terserahlah sekarang-sekarang and in the last mereka pada bilang gue mirip inilah itulah, liatin aja beberapa tahun ke depan orang bakal bilang ke orang laen kalo sodaranya atau temennya  atau pacaranya atau siapanya aja mirip gue, Resti Octaviani, a professional reporter in the world. yeahhhhh. AMIN :')

Kamis, 30 Mei 2013

22 Agustus 2012 Putra Nababan terakhir bertugas di RCTI

Nama Lengkap : James Parulian Putra Nababan
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Juli 1974

Putra Nababan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, putra dari politisi PDI-P yaitu Panda Nababan (ayah) & Ria Purba (ibu). Putra Nababan merupakan lulusan luar negeri, S1 Jurnalistik di Midland Lutheran College, Fremont, Nebraska, Amerika Serikat (1988) melalui program pertukaran pelajar. Selama masa kuliah di Amerika Serikat, Putra Nababan pernah bekerja sebagai penjaga keamanan (satpam) selama 2 tahun. Ia menamatkan kuliahnya dalam waktu 3 tahun.

Ia menikahi Mira Maria Melati Sirait pada tanggal 14 February 2004 dan memiliki 2 orang anak, Aubriel Mutiara Aza Nababan & Gabriel Indonesia Prinz Nababan.

Putra Nababan sendiri mewarisi darah ayahnya yang juga seorang Jurnalis.
Sebelum ke RCTI (2004), Putra Nababan sempat menjadi wartawan di majalah Forum Keadilan, surat kabar Rakyat Merdeka, dan juga bekerja di Metro TV (2001).

Banyak sudah prestasi yang diraih oleh Putra Nababan, di antara prestasi-prestasi tersebut yang paling membagakan adalah saat Putra berhasil mewawancarai Presiden AS, Obama di White House terkait penundaan kunjungannya ke Indonesia (17 Maret 2010). 

Putra Nababan juga 4 kali berturut-turut memenangkan Panasonic Global Awards sebagai Best News Presenter pada tahun 2009, 2010, 2011, & 2012.

Dan menurut sumber terpercaya di Metro TV, mulai besok (23 Agustus 2012), Putra Nababan akan kembali ke Metro TV sebagai PemRed menggantikan Elman Saragih. Dalam sebuah stasiun televisi, posisi Pempinan Redaksi sangatlah vital dan strategis, sebagaimana jabatan yang dimiliki Karni Ilyas di tvOne.

Ini berarti bahwa hari ini (22 Agustus 2012) adalah merupakan hari terakhir bagi Putra Nababan bertugas di RCTI.

Ada kabar, masuknya Putra Nababan ke Metro TV adalah politis. Ia 'diutus' oleh Harry Tanoesoedibjo, owner MNC Group. Seperti kita ketahui, saat ini Surya Paloh dan Harry Tanoe telah bergabung dalam Partai Nasdem. Mereka menggalang kekuatan bersama menuju pemilihan Presiden 2014. Dua kekuatan: MNC Group (RCTI, MNC TV, dan Global TV) digabung dengan Media Group (Metro TV dan Media Indonesia) mencoba peruntungan melawan Capres pesaing mereka. Dan Putra diharapkan mengawal kekuatan ini.

http://old-kaskus.blogspot.com/2012/08/hari-ini-22-agustus-2012-putra-nababan.html

Perjuangan Putra Nababan


Putra NababanFoto: Ahmad Fadilah

Putra melanjutkan sekolah ke Amerika sendirian. Berkat kesungguhannya. Putra bisa menyelesaikan SMA dalam waktu setahun saja di sana. Lulus kuliah, putra mewujudkan cita-citany menjadi seorang wartawan seperti Papa. Lalu, bagaimana dengan kisah cintanya?
Memasuki usia remaja, kebandelanku semakin bertambah. Akibatnya, lulus SMP aku dipindah “paksa” untuk sekolah di Amerika Serikat. Mama sampai harus menguras tabungannya demi mengirimku ke luar negeri. Pesan Papa saat aku ke Amerika, “Pilihannya hanya ada dua, hancur atau sukses sekalian. To be or not to be .”
Setiba di Amerika tahun 1988, aku tinggal di kota terpencil, Sioux City, Iowa, ikut program pertukaran pelajar. Aku pun tinggal bersama orang tua angkat. Oleh karena tidak pernah belajar, bahasa Inggrisku kacau banget.
Awalnya, sih, senang bisa berkumpul bersama 30 orang teman lainnya, tapi setelah itu kami berpisah. Sedih juga, apalagi kota yang aku huni kecil sekali, hanya ada 80 ribu penduduk. Untungnya Mama memilih keluarga yang sangat agamis. Jadi, aku lumayan betah.
Meski baru berusia 14 tahun, di sana aku harus mandiri. Meski begitu, aku sempat mengalami culture shock karena melihat perbedaan budaya yang jauh sekali dengan di Indonesia. Mereka memanggil nama orang tua dengan nama, meski bukan berarti tak menghormati orang tuanya. Namun, bagiku itu sangat mengejutkan.

putra nababan
Penghargaan Panasonic Gobel ini merupakan penghargaan untuk bersama. Aku hanya dititipkan saja (Foto: Repro, Ahmad Fadilah)
Jadi Satpam
Selama di Amerika, aku sekolah dan belajar sungguh-sungguh, bahkan 6 bulan pertama berhasil dapat sertifikat cum laudekarena nilainya bagus semua. Namun kesedihan hinggap ketika aku sadar, orang tuaku tak ada di sana untuk melihat semua keberhasilanku.
Tapi aku senang, karena saat kelulusan SMA mereka datang. Pengorbanan dan kepercayaan Papa dan Mama pun tidak kusia-siakan. Aku bisa menyelesaikan SMA dalam setahun saja. Hebat, bukan?
Di usia 16 tahun, aku meneruskan kuliah di Midland Lutheran College, Fremont, Nebraska. Bahkan di usia 19 tahun kuliahku sudah selesai. Aku mengambil jurusan jurnalistik. Kenapa jurnalistik? Jawabannya, karena Papa. Tentu saja selama ini aku melihat sosok Papa, bagaimana ia bisa mengerti semua hal di dunia ini. Papa paham sepak bola, Piala Thomas, politik, sosial, sampai nama-nama presiden. Makanya, aku ingin jadi wartawan.
Selama di Amerika, untuk menambah uang saku, aku sempat kerja sebagai satpam. Sebenarnya, ada beberapa pekerjaan yang bisa diambil, seperti menjadi cleaning service , asisten dosen atau profesor, dan satpam kampus. Nah, gaji yang paling besar ya jadi satpam, karena di sana satpam dianggap pemimpin kampus dan jadi panutan.
Dari hasil kerja itu aku bisa menambah uang saku. Apalagi di saat musim panas, bisa dapat US $ 1.000. Lumayan buat beli tiket pulang ke Jakarta. Meski saat itu dollar AS masih Rp 2 ribu.
Usai lulus kuliah, aku memutuskan akan bekerja di Amerika, di salah satu koran di kota kecil. Belum sempat terwujud, Papa memintaku untuk pulang. “Soeharto mau ‘jatuh’, nih, kamu harus pulang. Kalau mau jadi wartawan, kamu harus ada di Indonesia.” Akhirnya, tahun 2004 aku pulang ke Jakarta. Eh, tak tahunya Soeharto enggak jatuh-jatuh. Ha ha ha.

Putra dan Hillary Clinton
Bersama Hillary Clinton. "Aku sangat menyukai dunia jurnalistik." (Foto:Repro, Ahmad Fadilah)
Nama Besar Papa
Akhirnya aku mulai bekerja di beberapa media seperti Majalah Forum Keadilan, Koran Merdeka yang berubah jadi Rakyat Merdeka, Metro TV, dan kini RCTI sejak 6 tahun lalu. Tak terasa ya, aku sudah 16 tahun jadi wartawan. Banyak sekali suka dan duka saat meliput.
Aku ingat banget, liputan pertamaku dan paling berkesan adalah saat diminta ke luar kota meliput acara haul Bung Karno. Saking paniknya, aku sampai enggak dapat penginapan. Untung ada wartawan senior memberi tempat tinggal. Tapi, aku jadi bangga karena kantor tempatku bekerja memberikan apresiasi pada hasil karyaku.
Di saat meliput, aku selalu ngotot untuk mengejar narasumber. Pantang bagiku pulang kantor jika belum mendapat apa yang kucari. Aku bisa berjam-jam menunggui menteri atau mengejar narasumber hingga dini hari. Pokoknya tak ada urusan dengan yang namanya capai atau lelah. Aku juga pernah, lho, menunggu Menteri Oetojo Oesman hingga 12 jam karena dia tak mau keluar dari kediamannya.
Puas di media cetak, aku melebarkan sayap ke jurnalistik televisi. Seiring tren, dunia teve memang lebih bisa menjangkau masyarakat. Ketika memilih pindah ke RCTI, itu karena aku merasa jangkauan siarannya sampai ke pelosok desa dan merupakan teve swasta pertama yang paling besar. Artinya, karyaku banyak ditonton orang dan punya dampak besar. Kebetulan memang ada tawaran menarik, ya, sudah aku ambil saja.
Terus terang, bila harus berkunjung ke berbagai tempat, aku pasti ditanya “Anaknya Panda Nababan ya?” Pasti ada beban, karena banyak orang ingin aku sebaik Papa. Berkat nama besar Papa aku mendapat kemudahan, tapi juga kesulitan. Di zaman Orde Baru, sosok Papa tak begitu disukai, jadi aku enggak dimudahkan saat mau wawancara, misalnya dengan salah satu menteri. Tapi juga gampang karena teman Papa banyak.

Putra Bersama Keluarga
Kebahagiaanku bersama istri dan anak-anak."Kami biasa saling mengkritik, memberi masukan, dan berdialog." (Foto:Repro, Ahmad Fadilah)
Berkah Cacar Air
Bisa dibilang, bekerja menjadi wartawan adalah passion -ku. Makanya, tak heran jika setelah 9 tahun bekerja, aku baru memutuskan menikah. Aku sangat beruntung bertemu istriku, Mira Maria Melati Sirait (32) dan pacaran cukup lama, sampai 9,5 tahun. Kami sama-sama cocok dan mau belajar, punya semangat tinggi mengenal satu sama lain. Sempat juga pacaran jarak jauh karena selama 1,5 tahun dia kuliah di Inggris.
Resep langgengnya? Jangan bertemu setiap hari dan menghormati privasi masing-masing. Istri boleh main dengan teman-temannya, aku juga main dengan teman-temanku. Kami bertemu di hari Sabtu dan Minggu, nonton atau makan. Tak terasa, kami berpacaran sudah sangat lama.
Saat memutuskan untuk menikah memang tak mudah. Tapi aku mencintai dia, karena dia perhatian, loyal dan cerdas. Aku memilih pasangan yang bisa menambah sesuatu yang baik dalam diriku. Lucunya, aku melamar dia dalam kondisi yang sangat buruk, lho, ketika dia terkena cacar air. Terbukti, kan, betul-betul inner beauty yang kulihat. Ha ha ha.
Tapi perempuan mana, sih, yang mau dilamar dalam kondisi begitu? Syukurnya, lamaranku langsung diterima. Kami menikah 14 Februari 2004 dan memiliki dua anak, Aubriel Mutiara Aza Nababan (25 Mei 2005), Gabriel Indonesia Prinz Nababan (29 September 2008).
Dalam berumah tangga, kami saling memberi koreksi, masukan, berdialog, meski ada masanya sulit untuk ngobrol . Tapi, kalau bertengkar, enggak bisa lebih dari sehari. Soalnya, kalau bertengkar pasti pikiranku buyar, makanya enggak tahan lama-lama. Itu pula yang membuat istriku selalu bilang, kenapa aku enggak berubah. Habis marah lalu berbaikan, tapi kemudian lupa dan diulangi lagi. Ha ha ha.

Bukan Selebriti
Bila ingat siapa yang telah memberi rezeki, kita tak akan sombong. Makanya aku paling senang meliput ke luar negeri, karena tak ada yang kenal aku. Mereka suka tanya, “Who are you? ” Itu justru yang paling bagus. Tapi tak bisa dipungkiri, setelah mewawancarai Obama, memang banyak masyarakat yang memberi ucapan selamat dan memberi komentar. Bahkan saat ke Taman Safari, anak-anak kecil minta difoto bareng. Di bank pun aku diselamati orang-orang. Rata-rata mereka senang dengan hasil wawancaraku. Tapi, aku bukan selebiriti, aku tetap wartawan. Kalaupun aku bisa membahagiakan orang-orang dengan foto bareng, aku anggap itu bonus saja.
Aku akan tetap bekerja di RCTI. Meski begitu, kami tak menganggap teve lain menjadi saingan. Lebih baik bersama-sama mewujudkan Indonesia maju. Perang eksklusif boleh sesekali, tapi bukan segalanya. Yang utama adalah rakyat Indonesia. Marilah membuat berita yang bagus untuk rakyat Indonesia. TAMAT.
NOVERITA K. WALDAN

Jeremy Teti

Jeremy Teti terlahir dari keluarga sederhana di Atambua, Nusa Tenggara Timur dan besar Timor Timur (sekarang bernama negara Timor Leste). Untuk meraih impiannya, Jeremy muda merantau ke Yogyakarta untuk kuliah dan bekerja. Dia kuliah di fakultas sospol di salah satu universitas di Yogya, serta mengambil pendidikan broadcast selama setahun. Hasil pendidikannya bagus dan sertfikatnya dia gunakan untuk melamar kerja ke berbagai perusahaan. Ia melamar ke TVRI Yogyakarta, namun ditolak karena belum menyelesaikan kuliahnya meski hasil tes menunjukkan dia lulus. Setelah lulus ia sempat bekerja di perusahaan ekspor-impor sembari terus mengejar impiannya untuk menjadi presenter televisi.
Akhirnya pada tahun 1994 ia  melamar sebagai reporter ke SCTV Surabaya. Karena pada saat itu ia masih merupakan pemuda yang belum memiliki pekerjaan tetap dan tidak memiliki banyak uang, maka dalam melakukan perjalanan dari Yogyakarta ke Surabaya dengan menginap di terminal bis. Ia kemudian diterima di SCTV Surabaya. Tak lama ia pindah ke Jakarta untuk memperjuangkan impiannya diterima di program Liputan 6 Pagi. Dengan perjuangan berat dan kegigihannya meraih impiannya, ia bersama Ira Koesna berhasil menjadi presenter pertama kali on air perdana Liputan 6 Pagi dalam rangka ulang tahun SCTV pada 24 Agustus 1996.
Sebagai jurnalis, Jeremy memiliki pengalaman sedemikian rupa selama menjadi reporter SCTV. Ia pernah hampir terbunuh saat melakukan liputan di Timor Timur saat propinsi itu memilih berpisah dari Indonesia dan hendak mendirikan negara baru. Tak cukup disitu, ia dan kru SCTV bahkan pernah tidur di dalam penjara. Pada kerusuhan Mei 1998, ia melakukan liputan dan nyaris tinggal di lokasi kejadian untuk mendapatkan berita-berita terlengkap mengenai peristiwa tersebut.
Memiliki jam kerja yang berbeda dari kebanyakan pekerja, Jeremy seringkali menggunakan angkutan umum untuk pergi dan pulang bekerja. Selain efisien mengurangi kemacetan, juga mengurangi resiko kecelakaan jika ia mengendarai kendaraan pribadi dalam keadaan lelah. Untuk menjaga penampilannya agar terlihat segar, ia selalu menggunakan eye liner. Selain itu untuk menjaga kebugaran tubuhnya dan menyalurkan hobinya ia selalu melakukan olahraga tennis. Dan ia selalu berusaha merasa bahagia dan menikmati hidup agar hari-harinya bermakna.

Pengalaman Dikucilkan
Jeremy Teti adalah angkatan pertama pembawa acara berita andalan di SCTV, Liputan 6. Namun, nama dan sosoknya sempat menghilang bak ditelan bumi ketika pada suatu waktu terjadi perubahan di jajaran top management di lembaga stasiun TV swasta kedua di Indonesia itu. “Politik kantor” yang kotor pun sempat membuatnya dikucilkan selama setahun lebih.
“Bayangin, gue pernah nggak dianggap, dikucilin dan nggak dikasih tugas. Gue sampai sekarang nggak tahu itu salah apa. Sakit banget sampai sekarang,” katanya. Mengenang masa pahit itu membuat Jeremy tak mampu lagi membendung airmatanya. Ia sampai menutup wajahnya dengan telapak tangan.
“Bayangin, gue sampai harus menawar-nawarkan diri segala minta kerjaan, gue kayak sampah aja rasanya. Sakit banget sampai sekarang,” ujarnya memberikan penekanan yang dalam pada kata ‘sakit’. Ia masih sibuk berusaha menyeka airmatanya yang tumpah di pipi dengan tisu. Lalu, ia minta maaf.
“Maaf, maaf banget ya. Aku orangnya emang gampang banget nangis. Cuma kalau inget yang ini, aku masih nggak ngerti aja kenapa, gue salah apa? Kalau gue ada salah mustinya dibilangin dong. Untung pimpinan yang itu sekarang udah keluar,” katanya tanpa mau lebih banyak membicarakan tentang “pimpinan yang itu” yang dimaksudkannya.
Yang jelas, pengucilan yang terjadi kala itu tak membuat pria kelahiran 31 Maret 1968 itu kehilangan asa. Berusaha bertahan di tengah tekanan berat yang diterimanya, ia pun rela “melacurkan diri”, menawarkan bantuan agar ada yang dikerjakannya.
Tak cukup membuahkan hasil, Jeremy pun berinisiatif untuk membuat dan merencanakan liputan sendiri. Ia pun pergi bersama seorang kameramen meliput acara Sea Games di Vietnam.
“Ketika gue kembali, mereka bilang gue berhasil karena bisa mengalahkan TV tetangga yang bawa krunya banyak tapi berita gue lebih banyak. Gue sehari bisa 6 berita karena gue bagi-bagi tugas dengan rekan-rekan lain di sana,” kenangnya.
Masa-masa pahit itu kini sudah berhasil Jeremy lalui. Anak ke 3 dari 6 bersaudara itu pun menekankan, sabar dan berjuang adalah kunci mengatasi tekanan.
“Kalau nggak sabar ya gue mungkin udah keluar dari zaman dulu. Gue orangnya bukan yang suka loncat sana-sini. Males gue menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru. Orde apapun udah gue lewatin semua, yang pahit manis susah,” jelasnya.
“Orang mungkin hanya lihat gue muncul di TV, tapi nggak ada yang tahu gimana prosesnya gue berjibaku di dalam. Harus meyakinkan bos, meyakinkan semua orang biar seneng sama kita,” sambungnya, sekaligus menutup perbincangan malam itu.

Sabtu, 04 Mei 2013

Prepare by GT :D


When the rainy season arrives, we all need to be wary especially in the area of ​​Jakarta and other flood-prone areas that exist in Indonesia. There was the possibility of water discharge will increase and could cause flooding in our region.

Bila musim hujan tiba, kita semua perlu berwaspada terutama yang ada di wilayah Jakarta dan daerah rawan banjir lainnya yang ada di seluruh Indonesia. Tak menutup kemungkinan debit air akan meningkat dan bisa menyebabkan banjir di wilayah kita.

In addition, the rain came suddenly - and unexpectedly arrives will be able to interfere with our plans to travel outside. For that the weather forecasts and rainfall in the region and particularly in Indonesia Jakarta you can make reference. From the results of weather and precipitation forecasts, we can monitor what's going to happen in our area, if the weather remains sunny or rainy and if it were how heavy the rain is happening in our region .. With the help of weather and precipitation forecasts are always up to date, we can know it all easily.

Selain itu, hujan yang datang secara tiba – tiba dan tak terduga akan dapat mengganggu rencana kita untuk bepergian ke luar. Untuk itu adanya prakiraan cuaca dan curah hujan di wilayah se-Indonesia dan khususnya Jakarta bisa anda jadikan referensi. Dari hasil prakiraan cuaca dan curah hujan tersebut, kita dapat memantau apa yang akan terjadi di wilayah kita, apakah cuaca tetap cerah ataukah hujan dan sekiranya berapa lebat hujan yang terjadi di wilayah kita .. Dengan bantuan prakiraan cuaca dan curah hujan yang selalu up to date, kita bisa mengetahui semuanya dengan mudah.

Local Weather Report for Jakarta

 
Saturday, May 4th, 2013
Saturday MorningTemperature: 30°C
A mix of sun and cloud. Chance of a thunderstorm.
Campuran matahari dan awan. Diperkirakan badai.
 
Saturday AfternoonTemperature: 34°C
Sunny with cloudy periods with a slight chance of showers or thundershowers.
Cerah dengan periode berawan dengan kemungkinan kecil mandi atau thundershowers.
 
Saturday EveningTemperature: 29°C
Clear with cloudy periods with a slight chance of showers or thundershowers.
Jelas dengan periode berawan dengan kemungkinan kecil mandi atau thundershowers.
Sunday, May 5th, 2013
OvernightTemperature: 26°C
A mix of clear and cloudy skies. Chance of a thunderstorm. 
Sunday MorningTemperature: 30°C
A mix of cloud and sun with a slight chance of showers or thundershowers. 
Sunday AfternoonTemperature: 34°C
A mix of sun and cloud with a chance of showers or thundershowers. 1 to 3 mm of rain. 
Sunday EveningTemperature: 29°C
A mix of clear and cloudy skies with a chance of showers or thundershowers. 
Monday, May 6th, 2013
OvernightTemperature: 26°C
A mix of clear and cloudy skies. Chance of a thunderstorm. 
Monday MorningTemperature: 30°C
A mix of sun and cloud. Chance of a thunderstorm. 
Monday AfternoonTemperature: 34°C
A mix of cloud and sun with a chance of showers or thundershowers. 
Monday EveningTemperature: 29°C
A mix of cloudy and clear skies with a chance of showers or thundershowers. 
Tuesday, May 7th, 2013
OvernightTemperature: 26°C
A mix of cloudy and clear skies. Chance of a thunderstorm. 
Tuesday MorningTemperature: 30°C
A mix of cloud and sun. Chance of a thunderstorm. 
Tuesday AfternoonTemperature: 34°C
A mix of cloud and sun with showers likely. Chance of a thunderstorm. 2 to 4 mm of rain. 
Tuesday EveningTemperature: 29°C
A mix of cloudy and clear skies with showers. Chance of a thunderstorm. 7 to 13 mm of rain. 
Wednesday, May 8th, 2013
OvernightTemperature: 26°C
A mix of cloudy and clear skies with a few showers. Chance of a thunderstorm. 3 to 7 mm of rain. 
Wednesday MorningTemperature: 30°C
A mix of cloud and sun with a slight chance of showers or thundershowers. 
Wednesday AfternoonTemperature: 34°C
A mix of cloud and sun with a chance of showers or thundershowers. 1 to 3 mm of rain. 
Wednesday EveningTemperature: 29°C
A mix of clear and cloudy skies with a chance of showers or thundershowers. 
Thursday, May 9th, 2013
OvernightTemperature: 26°C
A mix of cloudy and clear skies. Chance of a thunderstorm. 
Thursday MorningTemperature: 30°C
A mix of cloud and sun. Chance of a thunderstorm. 
Thursday AfternoonTemperature: 33°C
A mix of cloud and sun with a chance of showers or thundershowers. 
Thursday EveningTemperature: 29°C
A mix of cloudy and clear skies with showers likely. Chance of a thunderstorm. 2 to 5 mm of rain. 
Friday, May 10th, 2013
OvernightTemperature: 26°C
A mix of cloudy and clear skies with a chance of showers or thundershowers. 
Friday MorningTemperature: 30°C
A mix of sun and cloud. Chance of a thunderstorm. 
Friday AfternoonTemperature: 33°C
A mix of cloud and sun with showers likely. Chance of a thunderstorm. 1 to 4 mm of rain. 
Friday EveningTemperature: 29°C
A mix of cloudy and clear skies with a chance of showers or thundershowers.