Selasa, 12 Januari 2010

Maafkan Aku Sahabat Karya EcHi Qirey

(EcHi Qirey)


Pagi pun tiba. Kicauan burung mulai terdengar samar-samar membangunkan alam sambil mengikuti suara adzan nan syahdu. Matahari mulai menebarkan pesonanya dengan malu-malu. Aku pun bangun. Sekilas kulirik jam dindingku. Jarum panjang jam sudah menunjukkan angka lima. Sehingga memaksaku menjalankan aktifitas seperti biasanya.
Percikan air wudhu kubiarkan membasahi muka. Sungguh segar. Sehingga membuat hati orang yang melakukannya terasa damai.



“Via, mau ikut liat Bayu CS latihan band gak?” ajak Silfana, sahabatku yang tomboi.
“Kapan?”
“Sekarang. Ayo mau ikut gak?”
“Gak ah, males.”
“Oh. Ya udah sekarang aku berangkat ya,” pamit Silfana di depan pintu gerbang sekolah. Silfana pun pergi.
Dia berani pergi, walaupun hanya dia satu-satunya perempuan yang ikut melihat Bayu CS latihan. Karena, Silfana cukup dekat dengan Bayu CS, ditambah dengan sikapnya yang tomboi abis.
Walaupun sikapku yang menurut orang lain cool dan feminim, sedangkan sikap Silfana yang tomboi, tidak membuat persahabatan kami tidak kompak. Malah saling kompaknya, masalah percintaan pun kami kompak. Aku dan Silfana sama-sama mencintai Glendy yang rupawan, dan Bayu yang keren. Namun kekompakan itu tidak disengaja, sampai kadang-kadang kami suka saling cemburu kalau sedang dekat dengan salah satu dari mereka.
Oh iya,ada kejadian lucu yang diakibatkan dari sikap tomboinya Silfana. Saat itu, dia sedang berada disebuah toilet umum. Dan saat dia mau masuk ke toilet wanita, tiba-tiba penjaga toiletnya memanggil Silfana.
“De, itu tolet wanita bukan tolet pria. Tuh yang di sebelah kanan baru toilet pria, ” kata si penjaga toilet.
“Tapi kan aku ...,” belum selesai Silfana bicara, si penjaga toilet langung memotongnya.
“Gak ada tapi-tapian, anak cowok gak boleh masuk ke toilet cewek!” tegas si penjaga toilet.
Begitu ceritanya.
Selain Silfana, aku juga punya sahabat yang baik banget. Namanya Ica. Dia orangnya feminim. Sekarang, Ica lagi kesemsem sama si Joy, anak baru pindahan dari SMPN 1 Garuda. Selain itu, Ica juga mencintai Bayu.



Sekarang, di sekolah ada praktek renang. Dan biasanya SMPN 1 Cakrawala renang di kolam renang Tirta Sari, sama seperti sekarang. Sesampainya di kolam renang, aku dan teman-teman langsung berkumpul di lapangan kecil Tirta Sari untuk pemanasan. Seusai pemanasan, guru olahraga SMPN 1 Cakrawala pun melatih anak didiknya berenang di kolam renang. Pelatihan itu kurang lebih berlangsung setengah jam. Sedangkan lebihnya, dapat digunakan untuk bermain-main.
“Glen, kalau duduk jangan di pelosotan dong. Orang mau main nih. Ayo pergi!” usirku kepada Glendy.
“Kalau mau main, ya udah tinggal main aja!’
“Tapi kan ada kamu.”
“Ya gak apa-apa. Kita meluncur bersama aja,” ajak Glendy.
Tiba-tiba jantungku berdebar tak seperti biasanya. Tubuhku seketika terasa melayang ke udara. Persendianku mendadak lemas. Tidak biasanya Glendy bersikap seperti itu kepada perempuan.
“Hey, kok malah bengong? Mau gak?”
“Eh. Iya, iya mau,” jawabku sambil terbata-bata.
Akhirnya aku duduk di samping Glendy. Sebelum meluncur, kulirik teman-temanku di bawah. Ternyata semua pandangan terpusat kepada aku dan Glen. Termasuk Silfana. Namun Silfana langsung pergi sambil menatapku dan Glen tidak seperti biasanya. Tapi sudahlah, aku tidak mau memikirkan itu.
Byurrrrr. Suara air kolam yang diakibatkan oleh tubuhku dan Glen. Kami pun senyum-senyum sendiri. Sambil melirik yang ada di samping. Aku melirik Glen. Dan Glen melirik aku.
“Via, kesini!” kata Ica dan Anton.
“Ada apa?” tanyaku sambil menghampiri mereka.
“Mau ikutan main puter-puteran di air gak?” ajak Ica.
“Hmmm, boleh. Sama siapa aja?”
“Aku, Ica, dan Bayu,” kata Anton.
Permainan pun dimulai. Kami membentuk sebuah lingkarang kecil. Tangan kananku berpegangan dengan tangan Ica. Sedangkan tangan kiriku berpegangan dengan tangan Bayu. Pegangannya sungguh erat. Sesekali air membasahi mukaku, dan tak jarang masuk ke mata. Sehingga aku harus mengusapnya dengan telapak tanganku. Namun aku tak bisa mengusapnya dengan kedua tanganku. Karena tangan kiriku dipegang Bayu dengan eratnya.
Permainan pun usai. Di atas kolam, aku, Ica, Bayu, dan Anton duduk bersama. Tiba-tiba Bayu memandangiku dengan tidak biasanya. Sehingga membuat mataku membalas pandangannya itu. Pandangannya begitu tajam dan menghanyutkan. Serasa ada benih aneh yang dibawa pandangannya itu. Aku pun jadi teringat waktu kelas 8. Bayu menembakku untuk menjadi pacarnya.



“Silfana tunggu! Kamu kenapa sih?”tanyaku kepada Silfana. Karena hari ini sikap Silfana tidak seperti biasanya. “Sil ngomong dong! Jangan kaya gini,” aku berpikir sejenak, “apa sikapmu ini gara-gara kemarin di kolam renang? Jika ya, aku bisa jelasin kok.”
“Gak ada yang perlu dijelasin lagi.” Mata Silfana mulai berkaca-kaca.
“Tapi Sil, kamu coba ngertiin aku dong!”
“Ngertiin apa? Ngertiin kamu berduaan sama Glen dan Bayu kemaren? Aku tuh perih melihat itu, Via. Walupun kamu sahabat aku, tapi aku tak bisa melerakan cowok yang aku cintai berduaan dengan cewek lain, sekalipun itu sahabat aku.” Butir demi butir air mata membasahi pipinya. Silfana pun pergi. Tak butuh waktu lama air mata membasahi pipiku juga. Sungguh, aku telah menyakiti sahabatku.
Sesampainya di rumah, aku rebahkan badanku. Ucapan Silfana tadi terus terngiang di telingaku. Namun tiba-tiba, aku melihat selembar kertas berada di dalam tasku. Hatiku penasaran dan terus bertanya-tanya ‘surat apakah itu?’. Untuk menghilangkan rasa penasaranku, aku ambil kertas itu. Ternyata itu sebuah surat. Surat cinta dari Joy.



Pagi ini, tak seperti biasanya. Semua teman dekatnya Joy melirikku.
“Via, gimana Joy diterima gak?” Zack, salah seorang teman Joy bertanya padaku.
“Gak,” jawabku singkat. Karena aku hanya mencintai Glendy dan Bayu.
“Padahal waktu pertama si Joy masuk ke sekolah ini, dia sudah mulai tertarik loh sama kamu,” ucap Zack untuk meyakinkan.
“Oh,” jawabku sambil keluar kelas.
“Jutek amat sih,” kata Zack lagi.



Masa SMP pun berlalu. Aku masuk SMAN 3 Cakrawala. Silfana dan Ica masuk SMKN 1 Garuda. Glendy masuk SMAN 4 Cakrawala. Dan Bayu masuk SMKN 2 Garuda. Sehingga membuat aku, sahabat-sahabatku, dan orang-orang yang aku cintai berpisah. Tapi aku masih suka saling curhat dengan Ica. Karena rumah aku dan Ica tidak begitu berjauhan.
“Ca, kenapa ya sejak beda sekolah Silfana jadi benci sama aku? Itu terbukti karena dia suka mengirimkan SMS yang mencirikan kebenciannya padaku.”
“Gak tau deh. Tapi besok, di sekolah aku akan tanya langsung ke Silfana.”
“Makasih ya Ca.”
“Ya, sama-sama.”
Bayanganku langsung teringat pada masa lalu. Aku gak bisa melupakan Glendy dan Bayu. Padahal Glendy sama saja seperti laki-laki lainnya. Mungkin yang membedakannya yaitu tampangynya yang rupawan dan sikapnya yang cool. Sedangkan Bayu, dia baik, perhatian, keren, dan atlet sekolah. Tapi aku lebih sulit melupakan Glendy.



“Via, aku udah tau alasannya.” Suara Ica dengan bersemangatnya.
“Alasan apa Ca?” tanyaku heran.
“Alasan kenapa Silfana benci sama kamu.”
“Oyah? Apa alasannya?” tanyaku dengan penasarannya. Kami pun duduk disebuah teras rumah kosong.
“Alasannya karena Glendy dan Bayu mencintai kamu. Padahal kamu tau sendiri kan, kalau Silfana mencintai Glendy dan Bayu? Jadi dia cemburu sama kamu sampai akhirnya membenci kamu.”
“Hah, si Glendy mencintai aku? Aku gak percaya, soalnya dia tuh cuek banget.”
“Iya. Si Glendy suka curhat ke Silfana, dan menyuruh menyampaikan cintanya ke kamu. Mungkin itu yang membuat Silfana tertekan. Silfana juga tau kalau Bayu mencintaimu juga. Dan mungkin itu yang membuat Silfana lebih tertekan dan membencimu,” ucap Ica panjang lebar. Butir air mata mulai membasahi pipiku dan pipi Ica.
“Kenapa kamu nagis Ca?” tanyaku pada Ica.
“Kamu juga tau sendiri kan Vi, aku juga mencintai Bayu sama seperti kamu dan Silfana. Dan....,” derai air mata mulai membanjiri wajah Ica.
“Dan kenapa Ca?” tanyaku dengan penasaran.
“Dan kata Silfana, Joy juga mencintai kamu. Benarkah itu?”
“Ya,” jaawabku singkat.
“Kenapa kamu gak cerita dari dulu ke aku Vi?”
“Karena aku gak mau kamu sedih Ca. Dan kirain aku, kamu udah tau,” ucapku sambil membela diri. “Maafin aku Ca. Aku bukan sahabat yang baik. Kamu boleh membenciku. Karena aku memang pantas untuk dibenci sahabat-sahabatku. Dan....”
“Cukup. Cukup Via. Aku gak mau mendengarnya lagi. Itu masa lalu, biarlah berlalu. Aku gak akan membenci kamu. Aku akan selalu menjadi sahabat kamu. Sahabat yang selalu ada dikala suka dan duka,” ucap Ica dengan semangatnya.
“Sungguh Ica?”
“Ya. Kita akan menjadi sahabat untuk selamanya. Aku gak mau gara-gara percintaan, persahabatan kita renggang atau putus.”
Derai air mata yang membanjiri wajahku dan Ica pun, kini tergantikan dengan senyuman yang mengembang.




SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar