Kamis, 30 Mei 2013

Jeremy Teti

Jeremy Teti terlahir dari keluarga sederhana di Atambua, Nusa Tenggara Timur dan besar Timor Timur (sekarang bernama negara Timor Leste). Untuk meraih impiannya, Jeremy muda merantau ke Yogyakarta untuk kuliah dan bekerja. Dia kuliah di fakultas sospol di salah satu universitas di Yogya, serta mengambil pendidikan broadcast selama setahun. Hasil pendidikannya bagus dan sertfikatnya dia gunakan untuk melamar kerja ke berbagai perusahaan. Ia melamar ke TVRI Yogyakarta, namun ditolak karena belum menyelesaikan kuliahnya meski hasil tes menunjukkan dia lulus. Setelah lulus ia sempat bekerja di perusahaan ekspor-impor sembari terus mengejar impiannya untuk menjadi presenter televisi.
Akhirnya pada tahun 1994 ia  melamar sebagai reporter ke SCTV Surabaya. Karena pada saat itu ia masih merupakan pemuda yang belum memiliki pekerjaan tetap dan tidak memiliki banyak uang, maka dalam melakukan perjalanan dari Yogyakarta ke Surabaya dengan menginap di terminal bis. Ia kemudian diterima di SCTV Surabaya. Tak lama ia pindah ke Jakarta untuk memperjuangkan impiannya diterima di program Liputan 6 Pagi. Dengan perjuangan berat dan kegigihannya meraih impiannya, ia bersama Ira Koesna berhasil menjadi presenter pertama kali on air perdana Liputan 6 Pagi dalam rangka ulang tahun SCTV pada 24 Agustus 1996.
Sebagai jurnalis, Jeremy memiliki pengalaman sedemikian rupa selama menjadi reporter SCTV. Ia pernah hampir terbunuh saat melakukan liputan di Timor Timur saat propinsi itu memilih berpisah dari Indonesia dan hendak mendirikan negara baru. Tak cukup disitu, ia dan kru SCTV bahkan pernah tidur di dalam penjara. Pada kerusuhan Mei 1998, ia melakukan liputan dan nyaris tinggal di lokasi kejadian untuk mendapatkan berita-berita terlengkap mengenai peristiwa tersebut.
Memiliki jam kerja yang berbeda dari kebanyakan pekerja, Jeremy seringkali menggunakan angkutan umum untuk pergi dan pulang bekerja. Selain efisien mengurangi kemacetan, juga mengurangi resiko kecelakaan jika ia mengendarai kendaraan pribadi dalam keadaan lelah. Untuk menjaga penampilannya agar terlihat segar, ia selalu menggunakan eye liner. Selain itu untuk menjaga kebugaran tubuhnya dan menyalurkan hobinya ia selalu melakukan olahraga tennis. Dan ia selalu berusaha merasa bahagia dan menikmati hidup agar hari-harinya bermakna.

Pengalaman Dikucilkan
Jeremy Teti adalah angkatan pertama pembawa acara berita andalan di SCTV, Liputan 6. Namun, nama dan sosoknya sempat menghilang bak ditelan bumi ketika pada suatu waktu terjadi perubahan di jajaran top management di lembaga stasiun TV swasta kedua di Indonesia itu. “Politik kantor” yang kotor pun sempat membuatnya dikucilkan selama setahun lebih.
“Bayangin, gue pernah nggak dianggap, dikucilin dan nggak dikasih tugas. Gue sampai sekarang nggak tahu itu salah apa. Sakit banget sampai sekarang,” katanya. Mengenang masa pahit itu membuat Jeremy tak mampu lagi membendung airmatanya. Ia sampai menutup wajahnya dengan telapak tangan.
“Bayangin, gue sampai harus menawar-nawarkan diri segala minta kerjaan, gue kayak sampah aja rasanya. Sakit banget sampai sekarang,” ujarnya memberikan penekanan yang dalam pada kata ‘sakit’. Ia masih sibuk berusaha menyeka airmatanya yang tumpah di pipi dengan tisu. Lalu, ia minta maaf.
“Maaf, maaf banget ya. Aku orangnya emang gampang banget nangis. Cuma kalau inget yang ini, aku masih nggak ngerti aja kenapa, gue salah apa? Kalau gue ada salah mustinya dibilangin dong. Untung pimpinan yang itu sekarang udah keluar,” katanya tanpa mau lebih banyak membicarakan tentang “pimpinan yang itu” yang dimaksudkannya.
Yang jelas, pengucilan yang terjadi kala itu tak membuat pria kelahiran 31 Maret 1968 itu kehilangan asa. Berusaha bertahan di tengah tekanan berat yang diterimanya, ia pun rela “melacurkan diri”, menawarkan bantuan agar ada yang dikerjakannya.
Tak cukup membuahkan hasil, Jeremy pun berinisiatif untuk membuat dan merencanakan liputan sendiri. Ia pun pergi bersama seorang kameramen meliput acara Sea Games di Vietnam.
“Ketika gue kembali, mereka bilang gue berhasil karena bisa mengalahkan TV tetangga yang bawa krunya banyak tapi berita gue lebih banyak. Gue sehari bisa 6 berita karena gue bagi-bagi tugas dengan rekan-rekan lain di sana,” kenangnya.
Masa-masa pahit itu kini sudah berhasil Jeremy lalui. Anak ke 3 dari 6 bersaudara itu pun menekankan, sabar dan berjuang adalah kunci mengatasi tekanan.
“Kalau nggak sabar ya gue mungkin udah keluar dari zaman dulu. Gue orangnya bukan yang suka loncat sana-sini. Males gue menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru. Orde apapun udah gue lewatin semua, yang pahit manis susah,” jelasnya.
“Orang mungkin hanya lihat gue muncul di TV, tapi nggak ada yang tahu gimana prosesnya gue berjibaku di dalam. Harus meyakinkan bos, meyakinkan semua orang biar seneng sama kita,” sambungnya, sekaligus menutup perbincangan malam itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar