Sevenolpha
Karya Echi Qirey Smith
Masa-masa putih abu merupakan hal yang sangat ditunggu,
dikenang, dan dijadikan skenario kehidupan terindah. Romantisme pastilah
menjadi keindahan di atas keindahan bagi muda mudi yang sedang mencari jati
dirinya. Namun, berbeda dengan Cimi, Alexis, Pricilya, Najla, dan beberapa
remaja lainnya yang bernasib sama seperti mereka. Program percepatan yang
mereka jalani mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas tidak
merubah kepribadian berdasarkan umur.
“Hom pim pah ala ayum gambreng,” begitulah suara mereka
ketika sedang mengisi hari libur.
“Ye...Cimi yang jaga, hitung sampai tiga ya!”
“Jangan lupa menggunakan bahasa Sevenolpha oke!”
“Oke. Sagatugu, duguaga, tigigaga. Alexis, Pricilya,
Najla, dimana kalian? Huh, selalu saja aku yang jaga. Mana harus menggunakan
bahasa Sevenolpha lagi. Bikin ribet aja, ini kan dunia nyata,” protes Cimi.
Saat Cimi sedang mencari teman-temannya. Nampak seorang
anak laki-laki yang sedang duduk di bawah pohon beringin. Pakaiannya seperti
ninja, hanya saja kainnya terbuat dari motif batik. Cimi pun mencoba untuk
mendekati anak laki-laki itu. Namun, ia berusaha pergi.
“Aku Cimi, kamu siapa?”
“Agakugu Pagangegeragan. Magaagaf, agakugu hagarugus
pegergigi.”
Sebuah benda lepas dari cengkraman anak laki-laki
tersebut. Ketika Cimi mengamati benda itu, sang pemilik sudah pergi entah
kemana. Lalu, ia mencoba mengucapkan sebuah mantra –yang dibacanya dari sebuah
buku pengantar fantasy classic–. Sevenolpha adalah sebuah tempat dimana penghuninya
menggunakan bahasa yang ditambahkan huruf ‘g’, Sevenolpha (Seven Of Alphabet).
“The magic of Sevenolpha,” ucap Cimi dengan perasaan yang
menegangkan.
Dunia pun menjadi gelap. Lalu terdapat motif batik yang
menakjubkan. Gelap lagi. Motif batik lagi. Dan inilah yang dinamakan batikholl.
Cimi tak sadarkan diri ketika berada di sebuah tempat
asing. Di depannya terdapat sebuah istana dengan corak batik. Memang unik, dan
Cimi tak percaya akan apa yang dilihatnya.
Tiba-tiba terdengarlah suara seseorang yang penuh wibawa
meneriakinya dari kejauhan. Dia adalah Raja Sevenolpha yang didampingi oleh
Ratu Sevenolpha dan kedua pengawalnya.
“Hey! Siapa kamu?” teriak Raja.
“Kamu pasti manusia bumi iya kan?” interogasi Ratu.
“Aku, aku, . .” kata Cimi.
Belum selesai kalimat yang diucapkan Cimi, Raja pun
menyuruh pengawal untuk menangkapnya. Akhirnya ia diasingkan ke ruang bawah
tanah. Ketika Cimi kembali tak sadarkan diri, Pangeran berusaha membawanya
pergi dari ruangan tersebut.
Pangeran berusaha menyadarkan Cimi dari tidurnya yang
panjang dan menceritakan bahwa dirinya merupakan seorang Pangeran Sevenolpha.
Cimi pun mengucapkan terima kasih karena Pangeran telah menolongnya. Dan ia
pamit pulang. Cimi bernjanji kepada Pangeran bahwa dirinya akan bermain kembali ke Sevenolpha.
“Cimmiiii..... tanpamu aku galau,” teriak Pangeran saat
Cimi sudah menghilang. Rasanya Pangeran sedang dilanda Virus Merah Jambu (VMJ).
Keesokan harinya, Cimi menghampiri Alexis, Pricilya, dan
Najla yang sedang online di taman. Ia meminta maaf karena kemarin telah
meninggalkan mereka ketika sedang bermain petak umpet. Semua hal yang
dialaminya di Sevenolpha ia ceritakan kepada teman-temannya itu. Tak mudah
untuk meyakinkan mereka. Dan mereka menjadi lebih marah dari sebelumnya kepada
Cimi.
Cimi merasa bingung. Dan berniat untuk menemui Pangeran
di Sevenolpha.
“The magic of Sevenolpha,” ucap Cimi ketika akan pergi ke
Sevenolpha.
Setelah sampai di Sevenolpha, ternyata Alexis, Pricilya
dan Najla mengikutinya dari belakang. Cimi merasa senang, karena teman-temannya
mau ikut ke Sevenolpha. Walaupun dengan cara diam-diam.
“Pangeran,” teriak Cimi di sebuah taman dekat istana
Sevenolpha.
“Iya,” jawab Pangeran.
“Ada yang baru loh.”
“Apa?”
“Tapi kamu jangan marah ya. Aku bawa temen-temen aku ke
sini.”
Ketika Pangeran sedang berkenalan dengan teman-teman
Cimi, datanglah seorang Putri.
“Pangeran, kamu tega ngelakuin itu semua di belakang
aku,” ucapnya sambil terisak.
“Tapi Putri aku bisa jelasin itu semua,” bela Pangeran.
“Gak perlu. Lo gue end!”
Tak lama, Putri pun kembali menghampiri Pangeran. Namun,
kali ini ia datang bersama Raja dan Ratu Sevenolpha beserta kedua pengawalnya.
“Anakku, apa yang telah kau perbuat? Sehingga membuat
Putri –kekasihmu ini– menangis,” ucap Ratu Sevenolpha dengan lembutnya.
Perang mulut pun terjadi antara Pangeran dan kedua orang
tuanya. Ketika suasana sedang memanas, terdengar suara gadis yang berteriak
sambil terisak. Dia adalah Najla.
“Stop! Stop! Stop! Aku pernah mendengar tentang
Sevenolpha. Di sana diceritakan bahwa harus ada seseorang yang mendamaikan
Sevenolpha dengan makhluk Bumi.”
“Ya. Beberapa abad yang lalu Bangsa Indonesia dijajah
oleh Belanda. Dan kedatangan Belanda sangat mempengaruhi motif batik yang
Indonesia buat. Motif batik menjadi penuh dengan bunga Eropa seperti mawar,
dongeng seperti Cinderella, dan sebagainya. Sehingga kajadian itu sangat
mempengaruhi semua makhluk Bumi,” tambah Pricilya.
“Betul sekali gadis pintar. Saat itu kita tak rela bila
motif tradisional khas Indonesia harus diganti dengan motif khas Eropa. Kita pun diberi peringatan
oleh Belanda. Namun, kita tetap mempertahankan motif batik khas Indonesia.
Akhirnya, kita diasingkan ke sebuah tempat yang sekarang menjadi Sevenolpha ini,”
kata Raja Sevenolpha.
“Semoga, dengan kedatangan kita ke sini dapat mendamaikan
makhluk Bumi dan Sevenolpha. Karena kita semua adalah pewaris dari kebudayaan asli Indonesia yang
membuat dunia iri,” ucap Alexis.
“Iya, aku tidak mau bila kedatanganku ke sini akan
membuat hubungan Pengeran dan Putri berantakan. Aku ingin kalian bersatu
kembali,” kata Cimi.
Pangeran pun meminta maaf kepada Putri. Dan mereka semua
menyanyikan lagu Indonesia Pusaka di atas bukit Sevenolpha yang indah, sebagai
wujud dari perdamaian. Ditemani dengan senja yang menyajikan keelokannya.
Terangnya bulan dan indahnya bintang yang menaburi langit pun lambat laun ikut
bahagia akan sebuah perdamaian di Jagad Raya.
˜™SELESAI˜™
Tidak ada komentar:
Posting Komentar